1 Ulumul Qur’an Makkiyyah dan Madaniyyah Di susun oleh: Maya Ratnasari (131211047) Rizki Intan Aulia (131211048) Martabatul Aliyah (131211059) Saidatur Rohmah (131211050) Nur Hidayat (131211051) 2. Arti surah Makkiyah dan Madaniyah • Makkiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan AnNahl [16]: 78 dengan munasabah yaitu ayat 77 dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran Allah SWT Ustadz di depan Prof, rasanya kurang sopan namun, kami pun mengomentarinya tidak lain untuk kesempurnaan pembacaan soal itu sendiri dan ujian kami selanjutnya. Setelah pengomentaran selesai maka, ujian pun dilanjutkan dengan Susana tenang A Seni dan etika membaca Al Qur’an dengan irama dan etika yang baik B. Beberapa keistimewaan bacaan Al Qur’an C. Tata cara membaca Al Qur’an dengan bacaan yang benar dan fasih D. Irama dan teknik membaca Al Qur’an. Kunci jawaban : C. 30. Ajaran Islam Yang Membicarakan Tentang Tata Cara Bersuci Disebut.. A. Hadast Dan Najis B. Hadast Soalessay tentang makkiyah dan madaniyah. Dengan menelisik, apakah ayat tersebut termasuk dalam makkiyah atau madaniyah, maka akan membantu untuk mengetahui keadaan sosial, politik dan lainnya. Tujuan mempelajari makiyyah dan madaniyah dipresentasikan pada 11 nopember 2014 di staim tulungagung oleh: Pertanyaan tentang ilmu makkiyah dan Selamat datang kembali, kali ini posting tentang Soal Latihan PAT/ UKK/ UAS Semester 2/ PAS Genap untuk mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas 2 MI tahun ajaran 2021/2022 dan dilengkapi dengan kunci jawaban.. Soal ini terdiri dari soal PG dan Isian sesuai dengan kurikulum terbaru KMA 183. Berikut adalah sebagian soal soalnya untuk lengkapnya Vay Nhanh Fast Money. Alquran merupakan pedoman hidup seluruh umat Muslim hingga akhir zaman. Allah Ta’ala menurunkan Alquran melalui Nabi Muhammad SAW secara bertahap dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam membaca dan SWT berfirman, yang artinya “Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” QS. Al Israa` 106.Karena hal inilah para ulama membagi ayat Alquran menjadi dua macam, yaitu ayat makkiyah dan madaniyah. Mengutip buku Pengantar Studi Al-Qur'an oleh Abdul Hamid, ayat makkiyah berarti ayat yang diturunkan di Makkah, sedangkan madaniyah merupakan ayat yang turun di lebih paham, simak perbedaan dan contoh ayat makkiyyah dan madaniyah selengkapnya dalam artikel di bawah Ayat Makkiyah dan MadaniyahMerujuk buku Ulumul Quran Telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran oleh Drs. Ahmad Izzan, ayat yang turun di Makkah sebelum hijrah Makkiyah dan yang turun di Madinah sesudah hijrah Madaniyyah mempunyai konteks, baik dari sisi psikososial maupun sosiantropologis, yang seperti masyarakat Makkah yang sangat menolak, masyarakat Madinah justru menerima risalah dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kedua kelompok ayat tersebut mempunyai beberapa perbedaan yang sangat khusus, yaitu sebagai berikutAyat dan surat Makkiyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat dan surat Madaniyah umumnya dan surat Makkiyah umumnya dimulai dengan sapaan ya ayyuhannas hai sekalian manusia, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah dimulai oleh ungkapan ya ayyuha al-aladzina amanii hai orang-orang yang beriman.Ayat dan surat Makkiyah umumnya berbicara tentang ketauhidan iman, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah umumnya berbicara tentang sosial-kemasyarakatan dan surat yang di dalamnya mengandung ayat sajdah berarti termasuk Makkiyah, sedangkan setiap surat yang mengandung kata kalla jangan begitu adalah yang mengandung kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surat Al-Baqarah, adalah surat yang didahului oleh huruf-huruf muqaththa'ah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran, adalah Makkiyah; sedangkan surat Ar-Ra'd masih diperselisihkan oleh ulama Ayat Makkiyah dan MadaniyahDijelaskan dalam buku Ulumul Qur’an Prinsip-Prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qur’an oleh Badrudin, sebenarnya tidak mudah mengidentifikasikan ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran. Namun, para ulama tafsir berusaha mengidentifikasinya menjadi dua acara, yaitu 1 memperoleh informasi dari para sahabat nabi tentang turunnya ayat-ayat dalam Alquran; dan 2 memperhatikan ciri-ciri ayat makkiyah dan ini beberapa contoh ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran seperti yang dinukil dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an oleh Syaikh Manna السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُArtinya “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” QS. Al Qamar 1.يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ Artinya "Wahai orang yang berkemul berselimut." QS. Al Mudassir 1.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُArtinya “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagi kalian binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. Yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” QS. Al Maidah 1.۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَArtinya “Katakanlah Muhammad, “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.” QS. Al An’am 151. Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang wajib diketahui setiap muslim untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sekadar mengetahui dan menghafalnya saja tidak cukup, kita juga harus dapat memahami isinya secara komprehensif. Bagi para sahabat yang hidup di masa Rasul, memahami Al-Qur’an terbilang lebih mudah. Selain karena bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu mereka, Rasulullah masih ada untuk menjelaskan dan mengoreksi pemahaman mereka. Ketika agama Islam telah berkembang dan dianut oleh masyarakat di luar jazirah Arab, maka upaya memahami Al-Qur’an melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti ilmu tafsir, ilmu qiroah, dan seterusnya. Salah satu ilmu yang perlu dipelajari untuk memahami Al-Qur’an adalah ilmu tentang ayat Makkiyah dan Madaniyah. Pemahaman tentang hal ini penting karena memberikan dampak pada penafsiran kandungan Al-Qur’an. Apa Itu Konsep Makkiyah dan Madaniyah? Nama Makkiyah dan Madaniyah diambil dari kata Makkah dan Madinah. Makkah sebagai tempat Rasulullah dinobatkan sebagai utusan-Nya dan tempat beliau berinteraksi dengan kaum Quraisy, serta Madinah sebagai tempat Rasulullah berhijrah. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan lebih awal daripada ayat-ayat Madaniyah. Metode Makkiyah dan Madaniyah ini akan sangat relevan apabila dihubungkan dengan perjalanan dakwah Nabi yang berlangsung selama 23 tahun. 13 tahun pertama berada di Makkah, dan 10 tahun terakhir berada di Madinah. Kedua kata ini ditambahkan dengan “iyah” sebagai sebutan penisbahan. Fungsi dari nisbah yang juga bisa disebut sebagai atribut ini adalah untuk menerangkan secara spesifik tempat tersebut. Konsep Makkiyah dan Madaniyah digunakan untuk memberikan pemahaman tentang kronologi latar belakang ayat. Manakah ayat yang turun lebih dahulu, dan mana yang lebih belakangan. Ini terkait dengan konsep nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an, mana ayat yang menghapus dan mana ayat yang dihapus. Ciri-Ciri Surat Makkiyah Makkiyah cenderung bersifat qasir pendek, seperti surat al-Alaq, al-Muzammil, al-Mudatsir, dan lain-lain. Sedangkan Madaniyah bersifat tiwal panjang, seperti al-Baqarah, al-Maidah, dan seterusnya. Pada ayat-ayat Makkiyah, kita dapat menemukan lafal kalla ingatlah. dan surat-surat yang diawali dengan huruf tahajji alfabet hijaiyah. Huruf tahajji adalah yang mana maknanya tidak bisa diketahui, wallahu alam, Allah lebih tahu terhadap maksud dan tujuannya. Contohnya seperti pada surat Qaf “qaf”, Maryam “kaf ha ya ain shod”, al-Baqarah “alif lam mim”, Luqman “alif lam mim”, dan masih banyak lagi. Dalam surat Makkiyah juga terdapat ayat-ayat sajdah, ayat yang mana kita disunnahkan untuk bersujud tilawah setelah melantunkannya. Surat yang banyak mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu juga relatif dikategorikan sebagai bagian dari Makkiyah. Dakwah Rasulullah di Makkah juga lebih melingkupi aspek tauhid, akidah, dan penanaman akhlak mulia, meski ada pula ibadah yang diperintahkan pada saat di Makkah. Sehingga, ayat Makkiyah lebih banyak berbicara tentang hal-hal tersebut. Karena masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah pada saat itu adalah kaum Musyrikin di Makkah, ayat Makkiyah pada umumnya menggunakan kata “yaa ayyuhannaas”. Sebagai contoh, Juz 30 didominasi dengan surat-surat Makkiyah. Alasannya dikarenakan mayoritas suratnya yang bersifat qasir dan penurunan ayatnya yang terjadi di Makkah. Surat Makkiyah juga banyak menceritakan tentang kemusyrikan serta adat istiadat buruk kaum Quraisy dari segi pengisahan, bukan dari segi hukum. Meskipun begitu, tidak semua surat dalam Al-Qur’an adalah mutlak Makkiyah sepenuhnya, maupun sebaliknya. Ada pula surat seperti al-Hajj, surat Madaniyah yang mengandung sejumlah ayat Makkiyah. Ciri-Ciri Surat Madaniyah Sementara itu, dakwah Rasulullah ketika di Madinah lebih menekankan pada aspek muamalah dan pembangunan peradaban, juga membahas hubungan horizontal antara sesama manusia. Ibadah-ibadah yang lebih kompleks seperti salat Jum’at, juga diperintahkan di Madinah. Karena yang dihadapi oleh Rasulullah adalah masyarakat muslim, maka ayat-ayatnya biasanya menggunakan kata “yaa ayyuhalladziina aamanu…”. Contohnya seperti surat al-Anfal dan surat An-Nisa. Surat atau ayat Madaniyah juga banyak mengemukakan bukti dan argumentasi secara logis mengenai kebenaran tentang agama berdasarkan logika. Tiga Unsur Perspektif Pembeda Makkiyah dan Madaniyah Terdapat tiga unsur perspektif yang membedakan surat atau ayat Makkiyah dan Madaniyah. Para ulama meninjau ayat-ayat serta surat dan Al-Qur’an, kemudian mengklasifikasikannya sebagai Makkiyah dan Madaniyah, melalui unsur-unsur berikut. Pertama, tinjauan dari segi waktu. Makkiyah merupakan surat atau ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah sebaliknya, ia mengkategorikan surat atau ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah. Kedua, tinjauan dari segi tempat. Seperti namanya, Makkiyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Makkah. Dan Madaniyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Madinah. Ketiga, tinjauan dari segi khitob. Khitob adalah sasaran atau tujuan. Dalam kasus ini, khitob yang dimaksud adalah ke penduduk mana ayat atau surat ini diturunkan. Di Makkah, atau di Madinah? [] Diantara bahasan dalam ilmu Al Qur’an adalah pembahasan mengenai Makiyyah dan Madaniyyah. Yaitu diantara surat-surat dalam Al Qur’an ada yang disebut sebagai surat Makiyyah dan ada yang disebut sebagai surat Madaniyah. Misalnya surat Al An’am dan Al A’raf adalah surat Makiyyah. Sedangkan Al Baqarah dan Al Imran adalah surat definisi dan apa saja perbedaannya? Insya Allah akan kita sebutkan secara ringkas dalam artikel ini. Dan yang akan kami sebutkan dalam artikel ini hanya muqaddimah atau pengenalan saja dari cabang ilmu Makki wal Madini yang merupakan cabang dari uluumul Qur’an ilmu-ilmu Al Qur’an.Dengan mengenal dan mempelajari ilmu ini juga, kita akan mengetahui betapa besar perhatian dan usaha para ulama dalam mempelajari serta menelaah Al Qur’anul Karim. Karena para ulama memberikan perhatian yang sangat besar dalam menganalisa mana yang surat atau ayat Makiyyah dan mana yang Madaniyyah. Mereka menganalisa ayat per ayat, surat per surat, lalu mengurutkan dan mengelompokkannya berdasarkan waktu, tempat dan mukhathab ayat atau surat tersebut diturunkan. Bukan hanya faktor waktu, tempat dan mukhathab sasaran pembicaran ketika ayat diturunkan yang menjadi patokan pengelompokan, namun terkadang mereka menggabungkan tiga faktor ini dalam pengurutan dan pengelompokkan ayat dan surat. Semuanya dilakukan dengan sangat teliti dan mendetail. Tentunya ini merupakan usaha yang berat dan besar yang telah dilakukan oleh para ulama kita, rahimahumullah jami’ Makiyyah dan MadaniyyahBagaimana para ulama mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah?Kaidah dan Karakteristik Makiyyah dan MadaniyyahKaidah-kaidah MadaniyyahDefinisi Makiyyah dan MadaniyyahUlama berbeda pendapat dalam mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyyah menjadi tiga pendapat. Yang khilaf ini merupakan khilaf isthilahiy karena masing-masing pendapat menggunakan pendekatan yang pertama, menggunakan pendekatan waktu. Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah walaupun bukan di Mekkah. Sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan setelah hijrah walaupun bukan di Madinah. Demikian juga ayat atau surat yang turun di Mekkah namun setelah hijrah, maka termasuk Madaniyyah. Contohnya ayatإِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” QS. An Nisa 58Ini ayat Madaniyyah karena ayat ini turun di Mekkah di sisi Ka’bah di tahun terjadinya Fathul Mekkah. Juga ayatالْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” QS. Al Maidah 3.Ini adalah ayat Madaniyah walaupun turun di Mekkah, namun ia turun pada waktu haji Wada’.Pendapat ini adalah pendapat yang paling banyak dikuatkan karena batasannya jelas dan pembagiannya konsisten serta mencakup semua ayat dan surat, tidak sebagaimana dua pendapat lainnyaPendapat kedua, menggunakan pendekatan tempat. Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah, sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan di Madinah. Namun pembagian ini bermasalah ketika menemui fakta bahwa ada surat atau ayat yang diturunkan selain di Mekkah dan Madinah. Seperti surat atau ayat yang diturunkan di Tabuk, di Baitul Maqdis, dan lainnya, tidak masuk dalam pembagian. Demikian juga surat atau ayat yang di turunkan di Mekkah namun setelah peristiwa hijrah, konsekuensinya ia dikategorikan sebagai Makiyyah, padahal tidak sesuai dengan ciri dan sifat Makiyyah. Sehingga ada inkonsistensi di ketiga, menggunakan pendekatan mukhathab sasaran pembicaraan ayat. Makiyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Mekkah, sedangkan Madaniyyah adalah surat atau ayat yang ditujukan bagi penduduk Madinah. Ulama yang berpegang pada pendapat ini, sebenarnya berpatokan pada kaidah jika surat atau ayat diawali “yaa ayyuhannaas” wahai manusia… maka ia Makiyyah, jika diawali “yaa ayyuhalladzina aamanu” wahai orang-orang yang beriman… maka ia para ulama mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah?Bagaimana ulama bisa sampai pada kesimpulan bahwa ayat atau surat ini Makiyyah atau yang itu Madaniyyah? Mereka bertopang pada dua metode pokok1. Metode sima’i naqliYaitu dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah mereka melihat kepada riwayat-riwayat dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang shahih yang menjelaskan turunnya suatu ayat. Dan juga riwayat dari para sahabat Nabi yang mereka melihat, menyaksikan dan mengetahui secara jelas kapan, dimana, mengapa dan bagaimana ayat-ayat Al Qur’an turun. Demikian juga riwayat-riwayat dari para tabi’in yang mereka bertemu dan berguru kepada para sahabat dan mendapatkan informasi mengenai Al Qur’an dari para sahabat. Metode inilah yang menjadi metode utama dan sumber pengambilan utama untuk mengetahui Makkiyyah dan Metode qiyasi ijtihadiYaitu pada ayat dan surat yang tidak terdapat riwayat secara tegas yang menjelaskan mengenai waktu, tempat dan kondisi turunnya. Para ulama berpegang pada karakteristik ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah yang terdapat riwayatnya kemudian meng-qiyaskannya dengan ayat dan surat selainnya. Jika suatu ayat mengandung karakteristik Makiyyah maka disebut sebagai ayat Makiyyah, demikian juga Madaniyyah. Oleh karena itu metode ini bersifat ijtihadiy, artinya bisa jadi antara ulama yang satu dengan yang lain berbeda ijtihadnya dalam menentukan Makiyyah dan Madaniyyah dengan metode dan Karakteristik Makiyyah dan MadaniyyahPara ulama setelah menelaah ayat-ayat Al Qur’an, mereka menyusun kaidah dan juga menemukan karakteristik yang khas untuk masing-masing surat dan ayat Makiyyah dan kaidah yang disusun oleh para ulama untuk memudahkan kita mengenal surat dan ayat Makiyyah dan Madaniyyah adalah sebagai berikutKaidah-kaidah MakiyyahSetiap surat yang terdapat ayat sajdah maka ia MakiyyahSetiap surat yang terdapat kata كلا kalla maka ia Makiyyah yang hanya terdapat di setelah pertengahan dari Al Qur’an. Terdapat 33 kata كلا kalla dalam Al Qur’an yang terdapat dalam 15 surat yang terdapat “yaa ayyuhannaas” namun tidak terdapat “yaa ayyuhalladzina aamanu” maka ia Makiyyah. Kecuali surat Al Hajj yang terdapat ayatيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu” namun para ulama tetap menganggap surat Al Hajj sebagai surat surat yang terdapat kisah para Nabi dan umat terdahulu maka ia surat Makiyyah kecuali Al surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan iblis maka ia Makiyyah kecuali Al surat yang dibuka dengan huruf tahajji seperti “alif laam miim”, “alif laam raa”, “haa miim” dan semisalnya, adalah surat Makiyyah. Kecuali surat yang dijuluki zahrawain, yaitu Al Baqarah dan Al Imran. Adapun surat Ar Ra’du diperselisihkan apakah ia Madaniyyah atau MadaniyyahSetiap surat yang terdapat penjelasan tentang ibadah-ibadah wajib dan hukuman hadd, ia MadaniyyahSetiap surat yang terdapat penyebutan kaum munafik maka ia Madaniyyah kecuali Al surat yang terdapat bantahan terhadap Ahlul Kitab maka ia ulama juga setelah menelaah ayat dan surat dalam Al Qur’an menemukan bahwa masing-masing Makiyyah dan Madaniyyah memiliki ciri-ciri khusus dari sisi konten isi ayat atau surat, yang membedakan isi surat MakiyyahDakwah kepada tauhid dan beribadah kepada Allah semata, menetapkan risalah kerasulan, menetapkan hari kebangkitan dan ganjaran amalan, penyebutan kabar tentang hari kiamat, neraka, surga, dan bantahan terhadap kaum Musyrikin dengan logika Al Qur’an, serta ayat-ayat landasan-landasan umum syariat serta akhlak-akhlak mulia serta penyebutan akhlak-akhlak tercela serta kebiasaan-kebiasaan buruk kaum tentang para Nabi dan kaum terdahulu serta ganjaran bagi kaum fawashil susunan kalimat yang menyerupai sajak yang pendek-pendek namun dengan ungkapan yang kokoh namun istimewa yang mengena di hati dan menguatkan serta memotivasi isi surat MadaniyyahPenjelasan tentang ibadah, muamalah, hukuman hadd, aturan rumah tanga, aturan waris, keutamaan jihad, perbaikan masyarakat, perkara kenegaraan dalam keadaan tenang dan perang, serta kaidah-kaidah dan sanggahan untuk Ahlul Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani. Ajakan bagi mereka untuk masuk Islam, penjelasan bahwa mereka telah menyelewengkan kitab-kitab Allah, penyimpangan mereka dari kebenaran, dan penyelisihan mereka terhadap kebenaran setelah adanya bukti dan penjelasan yang tabiat kaum munafik dan menjelaskan bahayanya mereka bagi agamaPenyebutan ungkapan-ungkapan pendek secara sering dan berulang dalam rangka menegaskan dan menetapkan syariat dan menjelaskan artikel selanjutnya akan disebutkan surat mana saja yang Makiyyah dan mana saja yang Madaniyyah, insya Allah[bersambung]***Rujukan Mabahits fii Ulumil Qur’an, Syaikh Manna’ Khalil Al Qathan, hal. 51 – 64, cetakan Mansyurat Al Ashr Al HaditsPenyusun Yulian PurnamaArtikel Ketika seseorang bertanya bagaimanakah sumbangsih para sahabat terhadap Al-Qur’an. Tentu dengan mudah kita menjawab dengan bukti adanya pembukuan Al-Qur’an di masa pemerintahan Utsman bin Affan. Selain itu, adanya data terperinci mengenai sebab turunnya Al-Qur’an hingga pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah adalah bukti perhatian para sahabat kepada Al-Qur’an. Mengenai metode pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah dari setiap Surat Al-Qur’an tentu kita harus merujuk kepada penuturan para sahabat. Hal ini dikarenakan para sahabat adalah saksi hidup dari turunnya setiap ayat dalam Al-Qur’an sebagaimana ungkapan sahabat Ibnu Mas’ud عن عبد الله بن مسعود قال والله الذي لا إله غيره ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا أنا أعلم فيما أنزلت ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه Diceritakan dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata “Demi Allah, Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada satupun surat dari kitabullah Al-Qur’an kecuali aku mengetahui di mana surat tersebut diturunkan, dan tidak diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku mengetahui dalam masalah apa sebab diturunkan. Seandainya ada seseorang yang lebih mengetahui Al-Qur’an lebih dariku dan ia dapat didatangi dengan mengendarai unta niscaya aku akan mendatanginya” HR al-Bukhari. Dalam pengelompokan surat Makkiyah dan Madaniyah, para ulama melihat dari segi hukum mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya. Maka, yang dinamakan surat Makkiyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Makkiyah. Begitu juga sebaliknya, yang dinamakan surat Madaniyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Madaniyah. Hal ini dikarenakan ada sebagian surat yang dihukumi Makkiyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Madaniyah. Begitu juga sebaliknya, ada sebagian surat yang dihukumi Madaniyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Makkiyah. Lantas dalam hal ini, para ulama menetapkan ada tiga metode untuk menentukan ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an berdasarkan riwayat para sahabat, yaitu Pertama, memakai acuan waktu sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Pendapat ini diusung oleh Yahya bin Salam at-Tamimi w. 200 H, seorang ulama pakar Al-Qur’an dari kota Bashrah yang berguru kepada lebih dari 20 ulama tabi’in. أخرج عثمان بن سعيد الرازي بسنده إلى يحيى بن سلام، قال ما نزل بمكة وما نزل في طرق المدينة قبل أن يبلغ النبي المدني فهو من المكي “Diceritakan oleh Utsman bin Sa’id ar-Razi bahwa Yahya bin Salam mengatakan ”Setiap ayat yang turun di kota Makkah ataupun yang turun di jalan-jalan di sekitar kota Madinah sebelum hijrahnya Nabi ke kota Madinah, maka ia termasuk dari Makkiyah”. Syekh Abdul Wahab Ghazlan, Fahm Judzr al-Bayan, Kairo Maktabah al-Aiman, 2018, Dari pendapat ini, syekh Abdul Wahhab Ghazlan mengelompokkan ayat yang turun selama Nabi dalam perjalanan hijrah menuju kota Madinah sebagai ayat Makkiyah. Karena ketika itu Nabi belum sampai dan menetap di kota Madinah. Begitu juga, beliau mengelompokkan ayat yang turun ketika pembebasan kota Makkah dan haji wada’ sebagai ayat Madaniyah meskipun diturunkan di daerah kota Makkah. Karena ketika itu Nabi telah hijrah dan menetap di kota Madinah. Kedua, memakai acuan tempat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkankan di kota Makkah dan daerah di sekitarnya seperti dataran Arafah, dataran Mina dan desa Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota Madinah dan daerah sekitarnya seperti daerah Badar, gunung Uhud, dan gunung Sil’ah Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo Haiah al-Mishriyyah al-Ammah, 1974, hal. 37. Dari pendapat ini, sebagian ulama mengelompokkan ayat yang turun di daerah Mina sebagai ayat Makkiyah. Hal ini melihat dari letak geografis tanah Mina yang lebih dekat dengan kota Makkah. Begitu juga ayat yang turun di sekitar gunung Uhud sebagai ayat Madaniyah. Hal ini melihat letak geografis gunung Uhud yang lebih dekat dengan kota Madinah. Ketiga, memakai acuan kata tunjuk dalam ayat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai manusia..”. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman..”. Pendapat ini bersumber dari penuturan sahabat Abdullah bin Mas’ud عن ابن مسعود قال كل شيء نزل فيه يا أيها الناس فهو بمكة، وكل شيء نزل فيه يا أيها الذين آمنوا فهو بالمدينة Diriwayatan dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata “Setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai manusia..” maka termasuk Makkiyah. Sedangkan setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai orang-orang beriman..” maka termasuk Madaniyah. Pendapat ini menegaskan bahwa mayoritas penduduk kota Makkah sebelum Nabi hijrah adalah orang-orang musyrik. Oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai manusia…” Sedangkan mayoritas penduduk kota Madinah setelah Nabi hijrah adalah orang-orang beriman oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman...” Mayoritas ulama Al-Qur’an termasuk Imam Suyuthi, Imam Zarkasyi, dan selainnya memilih pendapat pertama sebagai definisi Makkiyah dan Madaniyah yang paling tepat. Hal ini dikarenakan pendapat pertama dapat membatasi Makkiyah dan Madaniyah secara menyeluruh. Sedangkan pendapat kedua dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi ayat yang diturunkan jauh dari kota Makkah dan Madinah. Misal contoh QS Al-Isra’ ayat pertama yang diturunkan di Baitul Maqdis ketika Nabi melaksanakan Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana dalam hadits disebutkan عن أبي أمامة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنزل القرآن في ثلاثة أمكنة بمكة، والمدينة، والشام “Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu, Makkah, Madinah, dan Syam Baitul Maqdis’,” HR at-Thabrani. Begitu juga pendapat ketiga dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi surat Al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat kalimat “Wahai manusia..” maupun kalimat “Wahai orang-orang beriman”. Misal contoh surat Asy-Syams dan sebagian besar surat-surat pendek dalam juz 30. Muhammad Tholhah al Fayyadl, Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw selalu menarik untuk dikaji baik secara conten maupun secara historisitasnya. Berbagai kajian tafsir maupun ulum al-QurÉn telah telah dilalui oleh para ulama terdahulu maupun zaman sekarang dalam rangka untuk memahami al-Quran. Tentunya kajian Ilmu Makky dan Madany sebagai salah satu disiplin ilmu al-Quran juga turut menyertai setiap kajian ilmu al-QurÉn dan TafsÊr. Secara histori telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Saw menghabiskan waktunya hidup di Makkah, baik sebelum diutus menjadi nabi dan Rasul maupun sesudahnya. Setelah adanya intimidasi dari kaum kafir Quraisy, beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah sampai beliau wafat. Sedangkan Diturunkan diturunkan saat Rasulullah Saw berada di kota-kota, pedesaan, gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah, lereng-lereng, serta dalam keadaan waktu yang berbeda, seperti malam, siang, musim dingin, musim panas maupun dalam keadaan damai atau bahkan saat Rasulullah berperang. Atas dasar inilah para ulama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap al-QurÉn. Mereka meneliti Diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani. Perhatian terhadap ilmu Diturunkan menjadi bagian terpenting dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Diantara perhatian yang luar biasa dalam memahami Makiyyah dan Madaniyah seperti yang dikatakan oleh Ibn Mas’Ëd “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Diturunkan, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunjunginya"

soal essay tentang makkiyah dan madaniyah